Diskusi publik bertema "Sisi Gelap Tambang Masa Kini dan Kaltim-Kaltara Masa Silam" digelar di ruang mini teater Perpustakaan Kota Samarinda, Jumat (20/6/2025).
Ada lima narasumber yang tampil, yaitu Joko Supriyadi, Utih Arum Zahra, Arief Rahman, Muhammad Sarip, dan Ananta Tsabita. Diskusi dipandu oleh Rusdianto, seorang redaktur media sekaligus seniman musik yang pernah aktif di komunitas stand up comedy.
Joko Supriyadi adalah Ketua Yayasan Sejarah Budaya Kalimantan Utara. Alumnus S-2 ITB ini memaparkan sejarah tragedi Bulungan, Tidung, dan Kenyah atau yang dikenal dengan Bultiken.
“Terdapat kemiripan sejarah dan budaya antara Bulungan dan Kutai. Apa yang terjadi di Kaltim sangat besar pengaruhnya terhadap Kaltara,” tutur Joko.
Pembicara berikutnya, Utih Arum Zahra merupakan sosok dengan nama pena yang aktif mengulas isi buku dan bacaan di dunia maya sejak 2012. Utih mengulas buku Histori Kutai karya Muhammad Sarip, khusus subbab “Masa Kelabu Era Demokrasi Terpimpin-Orde Lama”.
“Tahun 1964–1965 merupakan periode paling kelam dalam sejarah Kesultanan Kutai setelah Daerah Istimewa Kutai dihapuskan pada 1960,” papar Utih.
Giliran Arief Rahman sebagai pengurus Wikipedia Bahasa Indonesia meluruskan beberapa kesalahpahaman yang beredar di publik mengenai situs Wikipedia.
“Situs ensiklopedia ini memang bebas diedit oleh pengguna, tetapi ada para administrator dan ribuan kontributor yang memantau editan sepanjang waktu. “Editan yang diterima di Wikipedia harus berbasis sumber seperti media terverifikasi Dewan Pers,” ujar pengurus pertama Wikipedia dari Kalimantan tersebut.
Arief juga menyatakan, catatan hitam tokoh dan sejarah kelam masa lalu akan tertulis abadi di Wikipedia.
“Wikipedia tidak bisa menulis atau menghapus teks berdasarkan intervensi negara, tetapi Wikipedia hanya berpegang pada referensi yang kredibel,” tambah Arief.
Sementara itu, Muhammad Sarip mengungkapkan proses penulisan ulang Sejarah Nasional Indonesia oleh Kementerian Kebudayaan sulit mengakomodasi narasi sejarah Kaltim dan Kaltara secara lebih mendalam.
“Tidak diketahui adanya sejarawan dari Kalimantan yang terlibat dalam tim penulis SNI. Misi penulisan yang dikatakan mengubah perspektif kolonial-sentris menjadi Indonesia-sentris, implementasi sebenarnya adalah penulisan sejarah yang Jawa-sentris,” tandas Sarip.
Pembicara terakhir adalah Ananta Tsabita, mahasiswa S-1 Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Mulawarman. Gen Z peraih Juara 2 Lomba Cover Official Theme Song BKKBN Kalimantan Timur ini diberi kesempatan menampilkan vokal merdunya dengan menyanyikan lagu berjudul “Menjadi Manusia” ciptaan Rusdianto.
“Sebagai generasi muda, saya merasa perlu banyak belajar lagi mengenai permasalahan daerah, termasuk tambang yang merusak lingkungan, juga pengetahuan sejarah Kaltim yang masih minim,” ujar Tsabita.
Pada sesi tanya jawab, beberapa peserta mengungkapkan alasan mereka hadir karena ingin menyimak presentasi dari Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Kalimantan Timur Dr. Bambang Arwanto.
“Kami ingin
mengetahui bagaimana progres Pemprov Kaltim menyikapi kasus tambang di Muara
Kate dan juga di KRUS, tapi ternyata Kadis ESDM batal hadir,” keluh salah
seorang peserta.
Terungkap bahwa sepekan sebelum acara, Kadis ESDM telah menyatakan kesediaan untuk menjadi pembicara pada forum Sumbu Tengah Edisi 2. Bahkan, sekitar 2 jam sebelum acara, ajudan Kadis masih mengonfirmasi kepada panitia mengenai latar belakang peserta.
Jadwal pelaksanaan pukul 14:00 Wita terpaksa mundur hingga 1 jam karena menunggu kedatangan Kadis. Namun, pihak Kadis ESDM kemudian mengirimkan pesan bahwa Kadis menemani Gubernur Kaltim Rudy Mas’ud ke Kabupaten Kutai Barat meninjau perbaikan jalan.
![]() |
Dari kiri Joko Supriyadi, Utih Arum Zahra, Arief Rahman, Rusdianto, Muhammad Sarip, Ananta Tsabita dalam forum SUMBU TENGAH Edisi 2, di Perpustakaan Kota Samarinda, 20 Juni 2025 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar